Pada matakuliah “Terbitan Pemerintah dan Badan
Internasional”, mulanya kita akan mengulas 2 modul yang berkaitan dengan Publikasi
Karya Manusia dan Kategori Penerbitan. Kedua bab ini mengenalkan bagaimana
proses dari mempublikasikan informasi hasil karya manusia beserta hal-hal yang
berkaitan dengan penerbitan pustaka. Tentunya, proses tersebut tak lepas dari
peradaban mulai dari masa pra aksara hingga masa teknologi informasi yang telah
menjadi benang merah dan saling berkesinambungan.
MODUL 1. PUBLIKASI KARYA MANUSIA
Saat ini kita mencoba flashback bagaimana ledakan informasi (fload information) terjadi di abad pertengahan. Manusia pada saat
itu gencar-gencarnya memproduksi informasi. Hal tersebut terjadi karena manusia
memiliki naluri untuk mengomunikasikan apa yang terjadi pada dirinya atau apa
yang dipikirkannya dan apa yang dirasakannya kepada orang lain. Menurut Rogers
(1986:16), Pada 22.000 tahun SM, manusia menyampaikan gagasannya pada orang
lain lewat komunikasi visual ketika manusia prasejarah membuat lukisan di
dinding gua yang bertujuan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan pada orang
lain. Pada 4000 SM merupakan era komunikasi tertulis, dimana bangsa Sumeria menemukan
huruf dan mulai menuliskan hukum yang berlaku pada bangsa tersebut di lempengan
tanah liat. Kemudian di milenium pertama, Pi Sheng dari Cina mengembangkan alat
cetak kayu mirip stempel dan disusul oleh Korea dengan ditemukannya huruf loga sebagai pengganti huruf dari tanah
liat. Dimulai dari sinilah kegiatan penerbitan mulai dilakukan manusia yang
memungkinkan penyampaian informasi tanpa harus berkomunikasi lisan.
Rogers membagi komunikasi manusia menjadi 4,
yaitu:
Namun, ada juga yang membagi komunikasi menjadi 3,
yaitu:
a)
Komunikasi
Lisan
b)
Komunikasi
Tertulis
c)
Komunikasi
Digital
Telah kita ketahui bahwa informasi
merupakan kumpulan data terolah yang berasal dari fakta di dunia sosial dan
alamiah. Berikut proses tahapan informasi.
Peta
konsep 2. Ilmu Pengetahuan
Dunia penerbitan merupakan dunia yang menggeluti
publikasi fakta, data, informasi, pengetahuan dan kearifan tersebut. Salah satu
publikasi yang terkenal adalah World Factbook
dan buku yang berisi data adalah terbitan Badan Pusat Statistik seperti “Kota
Bandung dalam Angka” atau “Jawa Barat dalam Angka”. Penerbitan merupakan proses
memberi nilai tambah atas bahan baku yang dijadikan isi terbitan. Nilai tambah
tersebut pada dasarnya ada 5 nilai dasar, yaitu;
a) . Nilai logis adalah memberikan kebenaran dan
bertindak secara rasional kepada pembaca.
b) Nilai etis adalah memberikan makna dan ketaatan, perilaku etis
pada pembaca.
c) Nilai estetis adalah mendorong perkembangan apresiasi dan perilaku etis pada
pembaca.
d) Nilai teleologis adalah nilai guna atau manfaat
untuk menambah wawasan.
e) Nilai teologis adalah menumbuhkembangkan kehidupan
spiritualnya.
Nilai-nilai tambah tersebut
hendaknya menjadi acuan karena dapat dijadikan kriteria terbitan mana yang
bermutu dan bermanfaat dan mana yang tidak memberikan apa-apa. Dunia penerbitan
akan banyak berkaitan dengan gagasan-gagasan yang dikomunikasikan yang
dipandang akan membantu mengembangkan masyarakat sehingga bisa menjadi human capital.
B. MAKNA PUBLIKASI BAGI PERKEMBANGAN PERADABAN
Publikasi hasil pemikiran manusia yang diterbitkan mampu mengubah peradaban
manusia. Penerbitan yang mengubah wajah peradaban itu tak lepas dari revolusi
besar dalam dunia informasi yaitu penemuan mesin cetak oleh Johannes Guttenberg
tahun 1455 yang digunakan untuk mencetak 200 eks. Kitab Injil.
Penemuan mesin cetak merupakan perkembangan dalam dunia ilmu pengetahuan,
pemikiran filsafat dan keagamaannya. Pada abad ke 16 dan 17 menandai perkembangan pesat
penerbitan dengan mudahnya kertas diperoleh. 11 tahun setelah mesin cetak
ditemukan, banyak penerbitan yang mulai berdiri seperti di Basel, Swiss, Roma,
Paris, Pilsen, Venesia, Krakow, Leuven dan Prada. Ada dua pusat penerbitaan
saat itu, yaitu Venessia dan Paris (lihat, Briggs dan Burke, 2006:19). Dampak
dari perkembangan percetakan berperan penting dalam pencerahan warga Italia,
misalnya jurnal II Caffe yang terbit di Milan tahun 1764-1766. Sedangkan di
Asia, mesin cetak digunakan sejak abad ke-8 di Cina dan Jepang dengan
menggunakan blok-blok kayu atau stempel. Pada abad ke 15 baru dikembangkan di
Korea sehingga tidak sejaman dengan penemuan mesin cetak.
Pada masa itu penerbitan buku lebih dipandang sebagai perkembangan sosial
belum dipandang sebagai kekuatan politik. Kemudian, Raja Henry VIII di Inggris
menyadari bahwa dalam penerbitan memungkinkan berlangsungnya pertukara dan
penyebaran gagasan yang bertentangan dengan gagasan resmi penguasa sehingga
beliau memberlakukan sistem perizinan
penerbitan dan menyusun daftar terbitan terlarang.
Di Amerika Serikat, New York, Boston dan Philadelphia merupakan tiga kota
yang menjadi pusat kegiatan terbesar di AS. Di Indonesia sendiri, sejarah
penerbitan buku dikaitkan dengan politik etis pemerintah kolonial yang
mendirikan lembaga penerbitan yang memenuhi kebutuhan lembaga pendidikan. Contoh
lembaganya bernama Commissie voor de
Volkslectuur yang kemudian berubah menjadi Balai Poestaka. Ada beberapa hasil karya dari Balai Pustaka yang
termasyhur antara lain, Tenggelamnya
Kapal van der Wijk karya HAMKA, Atheis
karya Achdiat K Mihardja dan Layar
Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana. Perkembangan dan kemajuan dalam
bidang ilmu pengetahuan yang dialami sekarang tentunya tidak lepas dari
kegiatan penerbitan. Publish or Perish.
Dimana publikasi sebagai sarana berkomunikasi dengan khalayak luas dan khalayak
luas pun memperoleh medium untuk memenuhi kebutuhan dan memuaskan rasa ingin
tahunya.
C. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN MEDIUM PUBLIKASI
Perkembangan Teknologi yang mendorong medium publikasi semakin variatif, misalnya bagi penyandang
tuna netra ada audiobook. Hal
tersebut menandai bahwa dengan adanya perkembangan teknologi, maka dapat
memunculkan inovasi-inovasi baru dalam gerakan minat baca. Seiring berjalannya
waktu, pengalihan satu medium ke medium
lain begitu sangat cepat. Mulai dari medium kertas hingga medium digital.
Sehingga dalam proses publikasi sangat cepat dilakukan.
Cornucopia merupakan perkembangan medium publikasi yang berarti banjir informasi.
Kita begitu banyak menghadapi informasi yang tersaji dalam kehidupan
sehari-hari mulai dari televisi, radio, hingga internet. Medium publikasi yang
baru pada dasarnya bukan hanya menyediakan peluang baru bagi dunia penerbitan
melainkan menuntut kreativitas dalam desainnya. Dengan munculnya perkembangan
teknologi mulai bermunculan generasi baru yang lebih akrab dan lebih terbiasa
mengakses informasi digital dengan sendirinya mampu mengubah kebiasaan
memperoleh informasi. Dari membaca konvensional menjadi membaca digital.
Sehingga, pada saat ini kita mulai memasuki masa digital dimana bisa jadi
koleksi atau informasi berbasis digital.
1 komentar:
Artikelnya bagus kak, maaf kak tanya.. Komunikasi interaktif itu apa yak?
Posting Komentar